Berita
Pemerintah Daerah Diminta Perhatikan Empat Masalah Gizi Berpotensi Sebabkan Anak Usia Dini Gagal Tumbuh dan Stunting
Berita 2023-01-31 | 11:13:00
PAUDPEDIA — Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maria Endang Sumiwi, menyebut empat masalah gizi yang berisiko menyebabkan stunting yang perlu mendapat perhatian khusus Pemerintah Daerah. Empat hal tersebut yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk yang berpengaruh terhadap penurunan prevalensi stunting.
"Kalau mau menurunkan stunting maka harus menurunkan masalah gizi sebelumnya yaitu weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Kalau kasus keempat masalah gizi tersebut tidak turun, maka stunting akan susah turunnya," ujar Maria di Jakarta, Minggu (29/1).
Penurunan prevalensi stunting dipengaruhi oleh 4 masalah gizi, yakni weight faltering, underweight, gizi kurang, dan gizi buruk. Setelah 4 masalah gizi tersebut teratasi, penurunan prevalensi stunting akan terjadi.
Pencegahan stunting yang lebih tepat harus dimulai dari hulu yaitu sejak masa kehamilan sampai anak umur 2 tahun atau 1000 hari pertama kehidupan. Pada periode setelah lahir yang harus diutamakan adalah pemantauan pertumbuhan yang dilakukan setiap bulan secara rutin. Dengan demikian dapat diketahui sejak dini apabila anak mengalami gangguan pertumbuhan.
Dikatakan Dirjen Endang, gangguan pertumbuhan dimulai dengan terjadinya weight faltering atau berat badan tidak naik sesuai standar.
“Anak-anak yang weight faltering apabila dibiarkan maka bisa menjadi underweight dan berlanjut menjadi wasting. Ketiga kondisi tersebut bila terjadi berkepanjangan maka akan menjadi stunting,” ungkapnya.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting sebesar 2,8% dibandingkan dengan 2021.
“Angka stunting tahun 2022 turun dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6%. Jadi turun sebesar 2,8%.” Ungkap Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Syarifah Liza Munira pada kesempatan yang sama Untuk dapat mencapai target 14% di tahun 2024 diperlukan penurunan secara rata rata 3,8% per tahun, lanjut Liza.
Pelaksanaan SSGI dilaksanakan melibatkan berbagai stakeholder, mulai dari Setwapres, Bappenas, BPS, Kemendagri, Poltekkes Dinkes Provinsi dan Kabupaten Kota, serta para pakar dari berbagai universitas.
Selain stunting, dalam SSGI juga mengukur tiga status gizi lainnya, yakni balita wasting (penurunan berat badan), underweight (berat badan kurang), dan overweight (berat badan berlebih).
Meski angka stunting menurun, angka balita wasting dan underweight mengalami peningkatan. Yakni angka wasting naik 0.6% dari 7,1% pada 2021 menjadi 7,7% pada 2022 Sementara underweight naik 0,1% dari 17,0 pada 2021 dan 17,1% pada 2022.
Underweight adalah kondisi saat berat badan anak berada di bawah rentang rata-rata atau normal.
Kemudian pada kasus balita overweight terjadi penurunan 0,3% dari 3,8% tahun 2021 menjadi 3,5% pada 2022.
Terkait angka stunting, jika dilihat lagi berdasarkan kelompok umur, ada dua kelompok umur yang sangat signifikan dan penting untuk dilakukan intervensi. Pertama saat kondisi sebelum kelahiran sebesar 18,5% di tahun 2022. Kelompok kedua pada usia 6-11 bulan meningkat tajam 1,6 kali menjadi 22,4% di kelompok usia 12-23 bulan.
“Di titik pertama (sebelum kelahiran) penting untuk intervensi di masa kehamilan. Dan intervensi kedua saat bayi mendapatkan MP-ASI setelah masa ASI eksklusif” jelas Liza
Pemerintah melakukan pemberian makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Pemerintah akan beralih dari pemberian makanan tambahan dengan biskuit menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.
“Jadi kita sudah mulai tahun 2022 di 16 kabupaten/kota, karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak,” ucap Dirjen Endang.
Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu dan dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain.
Pentingnya Protein Hewani
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Komalasari, mengingatkan pentingnya pemberian protein hewani kepada anak, terutama bagi anak di bawah usia 2 tahun, guna mencegah stunting.
“Anak usia di bawah usia dua tahun selain mendapatkan asupan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, perlu diberikan makanan tambahan mengandung protein hewani guna mencegah stunting,” ujar Komalasari saat gerak jalan “kampanye hidup sehat” di hari bebas kendaraan (car free day ). Minggu (29/1).
Dijelaskan oleh Plt Direktur PAUD stunting disebabkan oleh berbagai beberapa faktor, salah satunya kurangnya asupan penting seperti protein hewani yang berasal hewan, meliputi daging sapi, daging kambing, daging ayam, daging bebek, seafood, serta telur memiliki zat gizi lengkap. Seperti asam amino yang lebih lengkap dibandingkan dengan protein nabati, kaya akan mikronutrien seperti vitamin B12, vitamin D, DHA (docosahexaenoic acid), zat besi, dan zink.
Ditambahkan oleh Komalasari, mikronutrien memiliki peran penting bagi tubuh, yaitu: Vitamin B12 berperan untuk menjaga kesehatan saraf dan otak serta pembentukan sel darah merah. Vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium dan sistem kekebalan tubuh, DHA memiliki peran kesehatan pada otak anak.
Zat besi yang berperan untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan meningkatkan sistem imun tubuh, Zink berperan dalam mendukung system imun tubuh, masa pemulihan dan baik untuk pencernaan, ujar Komalasari.
Disampaikan oleh Komalasari, Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) no 28 tahun 2019 kebutuhan asupan protein harian anak disesuaikan dengan usia dari anak yaitu usia 6-11 bulan sebanyak 15 gram/hari, usia 1-3 tahun sebanyak 20 gram/hari, usia 4-6 tahun sebanyak 25 gram/hari, dan usia 7-9 tahun sebanyak 40 gram/hari.
Ia pun berharap kedepannya dengan adanya kegiatan kampanye seperti ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan upaya pencegahan stunting melalui pemenuhan gizi seimbang pada anak.
Untuk Informasi, Peringatan Hari Gizi Nasional ke-63 tahun 2023 mengangkat tema “Protein Hewani Cegah Stunting” dengan slogan “Protein Hewani Setiap Makan” dan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani”. Selain diramaikan dengan gerak jalan sehat yang dimulai dari Jalan Teluk Betung –Jakarta Pusat sampai dengan Taman Monumen Nasional (Monas), juga diramaikan dengan makan bersama makanan mengandung protein hewani.
Reportase | : Muhammad Fariz |
Editor | : Eko |