Berita
Serunya Aktivitas Microteaching Satuan PAUD Pembelajaran Mendalam Dengan STEAM Eksplorasi Buku “Namaku Kali”
Ruang Artikel 2025-06-18 | 07:27:00
PAUDPEDIA - Pagi yang cerah, mentari menyelinap melalui tirai tipis ballroom sebuah hotel di pusat Kota Tangerang, Banten. Ruangan yang biasanya diisi deretan kursi dan meja konferensi kini tampak berbeda: lantainya ditutupi karpet warna-warni, sudut-sudut ruangan diisi dengan blok-balok konstruksi, alat seni, dan buku cerita anak.
Suasana begitu hangat mengundang minat belajar. Ballroom itu telah disulap menjadi ruang belajar untuk anak usia dini, dengan suasana menyenangkan dan penuh keajaiban.
Inilah panggung dari kegiatan microteaching yang tak biasa sebuah inisiatif kolaboratif yang melibatkan 10 anak dari TK Negeri 3 Pembina Tangerang, seorang guru tamu yang belum mereka kenal, dan pendekatan pembelajaran mendalam bermuatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics). Dalam ruang sidang yang menjelma menjadi ruang main satuan pendidikan anak usia dini, berlangsung proses belajar yang sungguh bermakna: anak-anak bukan hanya belajar, tapi mengalami dan merasakan.
Serunya Aktivitas Microteaching
Suasana hangat menggembirakan langsung terasa ketika Ibu Iis Farida dari PAUD Bunda Ganesha Bandung menyambut mereka dengan senyum lebar dan sentuhan hangat. Pendidik PAUD dengan latar belakang Sarjana Teknik Kimia Universitas Padjajaran Bandung dan Pascasarjana Ilmu Administrasi Pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) ini membawa semangat kolaborasi dan pembelajaran mendalam yang tak hanya bermain, tapi juga mengajak anak berpikir, merasakan, dan mencipta.
Meski sebelumnya tidak saling kenal dengan 10 murid TK Negeri Kota Tangerang, dengan pengalaman mengajar dan ilmu kependidikan, anak-anak dan Ibu Iis Farida langsung akrab. Perkenalan dilakukan dengan bernyanyi dan siswa menyebutkan namanya. Juga membuat bentuk dari jari tangan. Dua jari membentuk jembatan, empat jari membentuk kamera, delapan jari membentuk telinga kelinci dan 10 jari membentuk sikap berdoa.
Tema pembelajaran mendalam yang disampaikan ibu Iis Farida adalah Namaku Kali. Sebelum memulai belajar, anak-anak diminta menebak judul buku Namaku Kali yang akan bercerita tentang petualangan seorang anak.
Terinsipirasi dengan cerita namaku kali, bu Iis sudah menyiapkan 4 jenis kegiatan main, lalu anak-anak diajak memilih satu dari empat kegiatan main bermuatan STEAM yang telah disiapkan dengan terencana. Masing-masing kegiatan main dirancang untuk menyuburkan rasa ingin tahu, berpikir kritis, dan keterampilan sosial-emosional mereka.
Kegiatan main ini adalah:
1. Ceritakan Adegan Favoritmu dari Buku Cerita "Namaku Kali"
Anak-anak duduk melingkar di atas karpet bermotif ombak. Ibu Iis membuka buku "Namaku Kali" dan membacakannya dengan ekspresif. Setelah cerita usai, anak-anak diajak mengingat adegan favorit mereka. bagian yang paling kamu sukai? Tanya Ibu Iis sambil menyodorkan beberapa gambar dari buku. Anak-anak kemudian menuangkan ide mereka dalam bentuk gambar, mini drama, atau cerita ulang dengan kata-kata mereka sendiri. Dari kegiatan ini, anak-anak belajar mengekspresikan pendapat, memahami emosi, dan melatih literasi awal.
2. Yuk Kita Pasangkan Jumlah Daun dan Batu
Lantai eksplorasi alam penuh dengan daun kering beragam bentuk dan batu kecil warna-warni. Ibu Iis memandu anak-anak untuk memadankan jumlah daun dengan jumlah batu secara visual dan taktil. Anak-anak mencoba membuat pola, menghitung, dan bahkan mengelompokkan benda berdasarkan ukuran atau warna. Kegiatan ini melatih kemampuan kognitif dasar matematika, serta memperkenalkan konsep numerasi dan klasifikasi yang menyenangkan.
3. Seberapa Kuatkah Bendunganmu?
Dengan bahan-bahan sederhana seperti tanah liat, batu kecil, stik es krim, dan air, anak-anak ditantang membangun miniatur bendungan. Ibu Iis menjelaskan fungsi bendungan secara sederhana ”sebagai penahan dan pengatur aliran air. Lalu anak-anak mulai merancang dan membangun bendungan versi mereka sendiri. Saat air dituangkan, mereka mengamati apakah bendungannya kuat atau perlu diperbaiki. Dari kegiatan ini, anak belajar tentang rekayasa dasar, observasi, dan pentingnya bekerja sama untuk menyelesaikan tantangan.
4. Seperti Apa Perahu Buatanmu?
Di meja lain, anak-anak disambut berbagai bahan seperti daun, spons, gabus, kertas alumunium, dan sedotan. Tugas mereka adalah merancang dan membuat perahu yang bisa mengapung di air. Ibu Iis mengajak anak-anak berdiskusi: bahan mana yang ringan? Apa yang membuat perahu bisa terapung? Setelah membuat, mereka menguji perahunya di kolam kecil yang disiapkan. Aktivitas ini menumbuhkan rasa ingin tahu tentang sains, mendorong kreativitas, dan memberi ruang untuk trial and error.
Sambutan Hangat di Pintu Ballroom
Pukul delapan pagi, satu per satu anak-anak datang dengan langkah kecil mereka, menggenggam tangan orang tua. Mereka disambut oleh seorang guru perempuan dengan senyum hangat dan pelukan ramah. Walau tidak mengenal sosok guru itu sebelumnya, sambutannya yang tulus berhasil mencairkan kecanggungan. Selamat pagi, teman kecilku! Hari ini kita akan bermain dan belajar bersama, yuk kita mulai petualangan kita! katanya ceria.
Tak lama, ballroom yang semula hening berubah menjadi ruang penuh suara tawa dan obrolan polos. Anak-anak melepas sepatu, menyimpan tas, lalu berkeliling ruang, menjelajahi setiap sudut yang menarik perhatian mereka.
Salah satu prinsip dalam pembelajaran mendalam yang diterapkan hari itu adalah memberikan ruang pada anak untuk memilih kegiatan bermain sambil belajar bermuatan STEAM. Di tengah ruangan, tersedia berbagai pusat aktivitas ada pojok konstruksi dengan balok kayu dan lego, sudut seni dengan kuas dan cat air, serta meja eksplorasi sains sederhana berisi air, magnet, dan kaca pembesar.
Dengan berdiskusi, anak-anak bebas memilih aktivitas yang mereka sukai. Raka, misalnya, langsung menuju pojok seni dan mulai melukis pelangi. Sementara itu, Freya dan Farhan bekerja sama membuat perahu dari balok kayu. Guru tidak mendominasi, melainkan mengamati dan sesekali menyapa, mendorong anak-anak berdialog tentang apa yang mereka buat. Apa yang kamu bangun, Farhan ? Bagaimana kamu bisa membuatnya berdiri tegak?
Interaksi ini bukan sekadar basa-basi; guru memanfaatkan momen untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan komunikasi anak. Inilah yang disebut pembelajaran mendalam anak tidak sekadar menghafal, melainkan memahami, mengeksplorasi, dan merasakan pengalaman belajar secara utuh.
Memulai dengan Doa dan Rasa Syukur
Setelah sekitar 30 menit eksplorasi bebas, guru mengajak anak-anak berkumpul di lingkaran besar. Semua duduk bersila, tangan di pangkuan, dan suasana menjadi tenang. Guru memimpin doa singkat, memandu anak-anak untuk bersyukur atas hari yang baru.
“Terima kasih Tuhan atas teman-teman yang baik, atas ruang yang indah, dan atas kesempatan bermain dan belajar hari ini,” ucapnya perlahan, diikuti oleh anak-anak dengan suara pelan namun penuh antusias. Doa ini menjadi transisi smooth dari kegiatan bebas menuju proses pembelajaran yang lebih terstruktur, namun tetap menyenangkan.
STEAM yang Membuat Anak Cinta dan Bahagia Belajar. Kegiatan inti dimulai dengan pendekatan mendalam yang dirancang untuk menggugah rasa ingin tahu anak-anak. Tema hari itu Namaku Kali. Ibu Iis memandu dengan cerita pendek tentang cover buku yang ingin membantu hewan-hewan menyeberangi sungai.
Dari cerita itu, anak-anak diajak membuat perahu dan bendungan mini menggunakan berbagai bahan: sedotan, stik es krim, benang, dan plastisin. Mereka diajak berpikir bagaimana membuat perahu jembatan yang kuat dan bisa dilalui.
Setiap kelompok kecil berdiskusi, bereksperimen, dan mencoba kadang gagal, lalu mencoba lagi. Rasa bahagia memancar dari wajah-wajah mereka. Ketika jembatan berhasil berdiri, terdengar sorak sorai kecil: “Berhasil! Lihat, perahunya tidak tenggelam,” kata Freya.
Dalam satu kegiatan, anak-anak belajar tentang sains (kekuatan dan keseimbangan), teknologi (menggunakan alat bantu), teknik (merancang dan membangun), seni (menghias jembatan), dan matematika (mengukur dan membandingkan panjang bahan). Tapi mereka tak merasa sedang “diajar mereka merasa sedang bermain dan menciptakan sesuatu yang berarti.
Guru sebagai Fasilitator Emosi dan Ide
Menariknya, guru yang tidak dikenal anak-anak sebelumnya berhasil memikat hati mereka. Ia tidak hanya mengajarkan materi, tetapi juga membangun ikatan emosional. Ia mendengarkan cerita anak-anak, memvalidasi perasaan mereka, dan mengajak mereka berpikir dengan pertanyaan terbuka.
“Menurutmu, kenapa perahu Farhan dan Freya tidak tenggelam.” “Kita bisa coba cara lain, ya. Kira-kira, apa yang bisa kita tambahkan agar lebih kuat?” Peran guru di sini berubah menjadi fasilitator bukan pengarah mutlak, tetapi mitra dalam eksplorasi. Anak-anak merasa dihargai, merasa aman untuk mencoba dan gagal, dan yang paling penting: merasa senang.
Ruang Sementara, Pengalaman Abadi
Meskipun berlangsung hanya beberapa jam di ruang ballroom, pengalaman microteaching ini memberi kesan yang dalam. Anak-anak pulang dengan senyum lebar, membawa hasil karya mereka, dan cerita yang ingin mereka bagi kepada orang tua.
“Bu, besok aku mau bikin jembatan lagi kata seorang anak sambil menggenggam erat jembatan mini buatannya.
Guru, panitia, dan pengamat pendidikan yang hadir hari itu sepakat: ruang bukanlah batas, asal proses belajar dirancang dengan hati dan metode yang tepat. Melalui pendekatan pembelajaran mendalam bermuatan STEAM, bahkan ballroom hotel pun bisa menjadi taman bermain belajar yang luar biasa.
Microteaching ini lebih dari sekadar simulasi mengajar. Ia adalah refleksi dari arah pendidikan masa depan, di mana anak-anak tidak sekadar duduk dan mendengarkan, tetapi hidup dalam pengalaman belajar yang bermakna. Di tengah ruang yang tak biasa, anak-anak menemukan semesta kecil tempat mereka belajar tentang dunia, dan yang lebih penting tentang diri mereka sendiri.
Konsep Microteaching dalam ToT Deep Learning Berbasis STEAM
Apa itu Microteaching? Microteaching adalah simulasi mengajar dalam skala kecil, biasanya dalam waktu dan peserta terbatas, yang bertujuan untuk melatih keterampilan mengajar secara spesifik. Dalam pelatihan ToT, microteaching memungkinkan para calon narasumber:
- Mendemonstrasikan praktik pengajaran
- Mendapatkan umpan balik langsung
- Merefleksikan proses mengajar
- Meningkatkan keterampilan pedagogik dan metodologis
Tujuan Microteaching dalam ToT Deep Learning
1. Menerjemahkan teori menjadi praktik: calon trainer memahami bagaimana menerapkan prinsip pembelajaran mendalam dalam skenario nyata.
2. Menguji desain pembelajaran berbasis STEAM: narasumber menguji efektivitas rencana pembelajaran yang menggabungkan pendekatan Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics.
3. Membangun kompetensi pelatih: narasumber tidak hanya mampu berinteraksi bersama anak didik, tetapi juga memodelkan calon instruktur lain dengan pendekatan serupa.
Pembelajaran mendalam tidak hanya berfokus pada hafalan, tetapi pada analisis dan refleksi, Keterlibatan emosional dan intelektual, Koneksi antar konsep dan penerapan dalam kehidupan
STEAM sebagai muatan pembelajaran bersifat interdisipliner mengintegrasikan beberapa bidang keilmuan, mendorong pembelajaran aktif dan kontekstual, kreatif dan inovatif yang melibatkan eksplorasi dan eksperimen pada peserta didik.
Peliput: Awang dan Wisnu
Penyunting : Eko Harsono
InfoTerkini
Peran Satuan Pendidikan dalam Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB)
Ruang Artikel 2025-06-18 | 07:32:00
...
selengkapnya