Berita
Direktorat PAUD Lakukan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD HI, Tahun Ini 70 % Satuan PAUD Laksanakan Program PAUD HI
Berita 2025-05-23 | 13:45:00
PAUDPEDIA — Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikdasmen menggelar kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitator PAUD Holistik Integratif (HI) tahun 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat peran fasilitator dalam mendukung layanan PAUD yang menyeluruh, mencakup aspek pendidikan, kesehatan, gizi, pengasuhan, serta perlindungan dan kesejahteraan anak.
Kegiatan yang dilaksanakan secara luring ini diikuti oleh fasilitator PAUD HI dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka merupakan tenaga pendamping yang selama ini berperan penting dalam penguatan satuan PAUD agar mampu memberikan layanan yang berorientasi pada kebutuhan tumbuh kembang anak secara optimal.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Dr. Fajar Riza Ul Haq, M.A. Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah. Dengan nara sumber Woro Srihastuti Sulistyaningrum, ST., MIDS Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Widya Prada Ahli Utama, Dr Abdul Kahar, Ketua Tim Kerja Peserta Didik, Soripada Harahap,S.Kom., M.M dan Imam Pranata, Kasubbag TU.
Peserta berasal dari BBPMP: Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, BPMP: Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Riau, Lampung, dan Jambi. Dan calon Fasilitator Perwakilan 25 Kabupaten/Kota.
Direktur PAUD, Dr Nia Nurhasanah M.Pd, dalam sambutannya menegaskan pentingnya peningkatan kapasitas ini sebagai bagian dari strategi nasional percepatan layanan PAUD HI. “Fasilitator adalah ujung tombak dalam mendampingi satuan PAUD. Kita ingin memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang utuh dan keterampilan yang memadai untuk mendorong praktik baik di lapangan. Tahun ini saya harapkan sebanyak 70% Satuan PAUD telah melaksanakan PAUD HI,” ujar Nia.
Selama kegiatan berlangsung, para peserta mendapatkan pembekalan materi tentang kebijakan PAUD HI, manajemen layanan terpadu, strategi kolaborasi lintas sektor, serta praktik fasilitasi yang efektif. Tidak hanya itu, para fasilitator juga diajak berdiskusi dan berbagi pengalaman dari berbagai wilayah, guna memperkaya perspektif dan solusi kontekstual terhadap tantangan yang dihadapi di lapangan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Direktorat PAUD dalam mendukung terciptanya ekosistem PAUD yang berkualitas dan inklusif, sejalan dengan agenda Merdeka Belajar dan upaya peningkatan Indeks Pembangunan Anak Usia Dini secara nasional.
Tantangan Pengasuhan di Era Digital
Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr Fajar Riza Ul Haq dalam sambutannya menyebutkan sejumlah tantangan pengasuhan anak usia dini di era digital cukup kompleks karena melibatkan berbagai aspek perkembangan anak serta dinamika teknologi yang terus berubah. Berikut beberapa tantangan utamanya:
Dikatakan, anak usia dini harus dihindari dari paparan layar berlebihan. Anak-anak usia dini rentan terhadap dampak negatif dari paparan layar (TV, tablet, smartphone) yang berlebihan, seperti gangguan tidur, keterlambatan bicara, dan masalah konsentrasi. “Selain itu, minimnya Interaksi sosial dan ketergantungan pada gawai bisa mengurangi kesempatan anak untuk bermain aktif, berinteraksi sosial langsung, dan membangun keterampilan emosional,” ujarnya.
Disebutkan adanya konten yang tidak sesuai usia anak PAUD sangat meresahkan. “Banyak konten digital yang tidak ramah anak atau belum sesuai perkembangan usianya. Orang tua sering kali kesulitan memfilter konten yang aman dan edukatif. Kurangnya literasi digital orang tua. Tidak semua orang tua memahami cara menggunakan teknologi secara bijak atau bagaimana mendampingi anak berinteraksi dengan dunia digital,” katanya.
Dikatakan, keterlibatan orangtua, terutama ayah, dalam pengasuhan anak sangat penting bagi tumbuh kembang anak yang optimal. Menguatkan peran ayah tidak berarti mengurangi peran ibu, melainkan menciptakan kemitraan yang setara dalam mendampingi anak tumbuh. Pendidikan, pelatihan, dan kampanye publik tentang pentingnya peran ayah sangat dibutuhkan untuk mendorong perubahan budaya pengasuhan yang lebih inklusif dan setara.
“Ayah yang terlibat secara emosional membantu anak merasa aman dan dicintai. Interaksi hangat dengan ayah meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak dalam menjalin hubungan sosial,” ujarnya.
Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan ayah berkorelasi dengan peningkatan kemampuan kognitif dan prestasi belajar anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Anak yang dekat dengan ayah cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik, lebih sedikit mengalami masalah perilaku, dan lebih jarang terlibat dalam perilaku berisiko saat remaja.
Peliput : Awang
Penyunting: Eko Harsono
InfoTerkini
Mengasuh Anak dengan Hati: Membangun Koneksi Emosional Sejak Dini
Ruang Artikel 2025-05-23 | 14:46:00
...
selengkapnya