Berita
Bolehkah Menormalisasi "Namanya Juga Anak-anak"?
Ruang Artikel 2025-05-03 | 16:20:00
PAUDPEDIA— Ayah, Bunda dan Sobat PAUD, selama ini sering kita dengar “namanya juga anak-anak." Kalimat ini terdengar ringan, bahkan kelihatan seolah penuh kasih sayang dan memahami anak. Tapi tahukah Ayah Bunda dibaliknya tersimpan pembenaran yang terus diulang untuk perilaku yang seharusnya tidak dibiarkan melekat dalam diri anak. Ketika seorang anak berkata kasar, orang tua hanya tersenyum dan menganggapnya lucu. Ketika anak merengek minta mainan baru setiap hari, semua permintaan dituruti tanpa pertimbangan. Seolah tidak ada batas, apapun dituruti. Pada akhirnya ini hanya jadi alasan yang merusak, bukan melindungi. lalu apa yang seharusnya yang dilakukan?
- Sadari bahwa usia dini adalah usia kritis untuk membangun karakter, bukan melakukan pembiaran.
Pada masa ini, otak anak berkembang sangat cepat, dan segala hal yang ditangkap panca indera, baik yang dilihat, dengar, serta alami akan membentuk pola pikir dan sikap mereka ke depan. Artinya, pembiaran yang Ayah Bunda lakukan saat ini adalah gerbang perilaku negatif anak di masa yang akan datang. Tentu kita tidak ingin kita seperti ini. Oleh karena itu, hentikan pembiaran dan biasakan karakter yang positif dari sedini mungkin.
- Ajak anak untuk berpikir bukan menyalahkan.
Perlu diingat, saat anak melakukan kesalahan, orang tua bukan menyalahkan, tetapi membantu anak memahami apa yang salah dan mengapa itu tidak boleh dilakukan. Menyalahkan tanpa penjelasan hanya akan membuat anak takut atau merasa malu, bukan belajar. Namun apabila anak diajak berdialog ia punya kesempatan untuk belajar memahami perilakunya kenapa tidak boleh dilakukan. Misalnya: tanyakan, “Menurutmu, jika kamu terus berkata kasar bagaimana perasaan orang yang mendengarnya?”. Hal ini juga membantu anak belajar merefleksikan tindakan mereka dan mengembangkan empati serta tanggung jawab.
- Tetapkan batas/aturan yang jelas
Menetapkan aturan yang jelas mana yang boleh dan tidak boleh penting untuk dilakukan dalam mendidik anak. Batasan ini memberikan arah bagi orang tua dan membantu anak memahami akibat dari perilakunya. Namun, yang lebih penting, batasan harus disampaikan dengan kelembutan agar anak memahami bahwa itu bukan untuk mengekang, tetapi sebagai bentuk cinta dan perlindungan.
- Jadilah teladan.
Anak adalah peniru ulung, maka tak heran ia sering kali meniru segala bentuk perilaku kita yang sering ia lihat. Oleh karena itu, tunjukkan perilaku yang layak ditiru agar anak tumbuh dengan nilai dan kebiasaan yang baik, karena setiap perilaku orang tua adalah pembelajaran nyata bagi anak.
Jadi Ayah, Bunda, dan Sobat PAUD, sudah saatnya kita berhenti membiarkan perilaku anak berkembang tanpa arah. Jangan biarkan pembiaran hari ini menjadi penyesalan di masa depan!
Penulis : Ifina Trimuliana
Kurator : Eko Widodo
Refrensi
Lickona, T. (2012). Action In Teacher Education Character Education : Seven Crucial Issues. The Journal Of The Association Of Teacher Education, (October 2014), 37–41. Https://Doi.Org/10.1080/01626620.1999.10462937
Lickona, T. (2012). Character Matters. Jakarta: PT Bumi Aksara.
InfoTerkini
Bolehkah Menormalisasi "Namanya Juga Anak-anak"?
Ruang Artikel 2025-05-03 | 16:20:00
...
selengkapnyaLuncurkan Program PHTC, Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Pemerataan Pendidikan Nasional
Berita 2025-05-03 | 07:59:00
...
selengkapnyaKemendikdasmen dan Kemendiktisaintek Gelar Upacara Hardiknas 2025 Bersama
Berita 2025-05-02 | 11:34:00
...
selengkapnya