Berita
Survei HIMPAUDI Sudah 29,6 % Guru di Satuan PAUD Ikut Pelatihan Kurikulum Merdeka
Berita 2023-01-30 | 07:42:00
PAUDPEDIA — Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (HIMPAUDI), Prof Dr Netti Herawati, menegaskan sejak awal Kemendikbudristek menggulirkan Kurikulum Merdeka pihaknya menyambut baik Implementasi Kurikulum Merdeka di satuan Pendidikan Anak Usia Dini.
Ketika Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) memunculkan kebijakan Merdeka Belajar menggagas Kurikulum Merdeka sudah sangat tepat dan kemudian setelah itu ditindaklanjuti dengan Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).
“Istilahnya dalam kondisi di mana maraknya calistung akademik, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menekan kreativitas, penyeragaman yang mengikis potensi keunikan lokal, bahkan mengikis fitrah yang diberikan kepada anak dan juga penyeragaman pembelajaran, branding ini pas diterima oleh kita semua, yang artinya IKM diterima oleh kita semua,” ungkap Netti dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB) dengan topik “Kurikulum Merdeka, Pembelajaran Berkualitas bagi Semua”, secara daring.
Netti mengungkapkan, ketika seseorang ditingkat pemahamannya untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka itu seperti mendidik anak usia dini. Oleh karena itu, perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu kondisi awal, jenis programnya, siapa pendampingnya, bagaimana perkembangannya, dan ekosistemnya harus penuh dengan kasih sayang.
Lebih lanjut, Netti mengatakan, pada satuan Pendidikan Usia Dini (PAUD) saat ini IKM tidak dapat dijawab dengan satu model, satu cara, dan satu jawaban. Berdasarkan survei yang ia lakukan dengan Kemendikbudristek, dari 117.632 guru yang disurvei ada 29,6 persen guru yang belum pernah mengikuti pelatihan; 53,4 persen guru pernah mengikuti satu kali pelatihan; dan hanya 11 persen guru yang mengikuti dua kali pelatihan.
“Maka ini akan berbeda-beda penerimaannya, ada yang langsung menerima, menindaklanjuti dengan respons yang cepat (maupun sebaliknya),” terangnya.
Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta Nasional, Ki Saur Panjaitan XIII, mengatakan, Kurikulum Merdeka apabila dipandang dari sisi sekolah swasta, berfokus pada siswa. Menurutnya, siswa itu punya kodrat yang berbeda, punya keunikan sendiri, kodrat alam yang berbeda-beda di tiap daerah, serta ada kodrat perbedaan zaman.
“Jadi, lain tahun lain pula zamannya, kurikulum itu tidak bisa disamakan semuanya, sehingga kami berpendapat bahwa kebijakan Kurikulum Merdeka ini menyesuaikan dengan kodrat alam, kodrat anak, dan kodrat zaman. Ini cukup kita apresiasi,” tegas Ki Saur.
Ki Saur menambahkan, apapun kurikulumnya, guru adalah motor yang paling utama. Dalam konsep pembelajaran berkualitas, implementasi itu dimulai dari gurunya. “Dari pamongnya istilah Taman Siswa, para kepala sekolah sebagai pimpinan di satuan unit pendidikan yang menjadi pemain kunci, duet maut antara kepala sekolah dengan guru itulah yang menjadi penentu keberhasilan Implementasi Kurikulum Merdeka ini,” tuturnya.
Selanjutnya Ki Saur mengemukakan bahwa pihaknya menyambut baik Kurikulum Merdeka. Ia berusaha untuk mengimplementasikan dengan baik agar kebijakan ini bisa dilakukan dengan baik dan hasilnya sesuai dengan harapan.
Pada tahun 2023 ini, Kemendikbudristek kembali membuka pendaftaran bagi sekolah-sekolah yang ingin mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk Tahun Ajaran 2023/2024. Masyarakat dapat mengakses informasi lebih lanjut melalui laman kurikulum.kemdikbud.go.id.
Editor : Eko
InfoTerkini
Hari Lanjut Usia Nasional, Indonesia Memasuki Era Populasi Menua
Berita 2025-05-30 | 06:35:00
...
selengkapnyaSinergi untuk Anak Papua: Merauke Bergerak Wujudkan Wajib Belajar 1 Tahun Prasekolah
Berita 2025-05-29 | 10:05:00
...
selengkapnya